Nama Iin Suprihatini
NPM 13210395
Kelas 3EA14
EVALUASI ALTERNATIF SEBELUM
PEMBELIAN
A.
KRITERIA
EVALUASI
Menurut
Hasan (1988) evaluasi program semula merupakan evaluasi kurikulum. Karena itu
cenderung tidak membedakan evaluasi program dengan evaluasi kurikulum.
Sehubungan dengan pendapat tersebut, akan diuraikan hal-hal yang berhubungan
dengan kriteria dalam mengadakan evaluasi.
Evaluasi
harus berhubungan dengan kriteria. Dasar pemikiran tersebut, dengan criteria
evaluator dapat memberikan pertimbangan nilai, harga, dan komponen-komponen
program yang perlu penyempurnaan serta yang telah memenuhi persyaratan.
Evaluator tanpa kriteria sama dengan bekerja dalam kegelapan. Tnpa adanya
kriteria pertimbangan yang diberikan adalah tanpa dasar.
Kriteria
evaluasi dikembangkan melalui model-model evaluasi yang digunakan. Empat
kelompok pengembangan yang dapat dilakukan, yakni: “Pre-ordinate, Fidelity,
Matual-adaptive, dan process”.
Pendekatan
“Pre-ordinate” memiliki dua karakteristik; pertama kriteria ditetaokan sebelum
pelaksanaan evaluasi. kriteria ini bersifat mengikat karena ditetapkan sebelum
evaluator turun turun ke lapangan. Karekteristik kedua, kriteria yang
dikembangkan bersumber pada standar tertentu. Seperti yang bersumber pada
pandangan teoritik atau kumpulan tradisi yang sudah dianggap baik.
Pendekatan
“Fidelity” pada dasarnya ada kesamaan prinsip dengan kedekatan “Pre-ordinate”
yakni kriteria yang dikembangkan sebelum evaluator turun ke lapangan untuk
mengumpulkan data. Perbedaaan prinsipil pada keduanya yaitu pada hakekat
evalusi yang digunakan. Pendekatan Fidently tidak menggunakan criteria yang
bersifat umum ( universal ) sebagaimana tuntutan pendekatan Pre-Ordinate.
Pendekatan
ke tiga dikenal dengan istilah pendekatan gabungan mutual-adaptive. Pendekatan
ini merupakan perpaduan antara pendekatan “Pre-Ordinate, Fidently, Process “
kriteria yang di gunakan dikembangkan dari karakteristis program dari luar,
seperti berdasarkan pandangan secara teori, dari para pelaksana, dan dari
pemakai program.
Pendekatan
berikut ini dikenal dengan istilah pendekatan proses. Sesuai dengan namanya,
pendekatan ini mengembangkan kriteria selama proses evaluasi berlangsung.
Kriteria didapat melalui , wawancara, observasi, atau studi dokumentasi.
Pendekatan ini berhubungan erat dengan aplikasi pendekatan kualitatif.
Karakteristis yang menonjol dari pendekatan ini merupakan criteria yang
dipergunakan dikembangkan selama evaluator di lapangan. Konsekuensinya
pendekatan ini terikat dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana program
di lapangan.
Kriteria
dalam evaluasi ini mengacu pada :
1. Pedoman –
pedoman tentang program pendidikan jasmani yang berlaku.
2. Persepsi
para pengembang program yang teruji secara teoritis.
3.
Pertimbangan evaluator.
Sesuai
dengan permasalahan terdahulu yaitu pada bagian pendahuluan pelaksana program
pendidikan jasmani. Oleh sebab itu program ini perlu di evaluasi. Dari evaluasi
tersebut pihak perencana, pengambil keputusan, dan pelaksana akan mendapatkan
masukan yang diperlukan guna penyempurnaan lebih lanjut.
Penelitian evaluasi
tentang pelaksanaan program pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan
membandingkan antara proses pelaksanaan program atau proses pelaksanaan yang
program yang terjadi dalam pembelajaran dengan proses pembelajaran yang
seharusnya dilaksanakan atau yang sesuai kurikulum ideal, yaitu termuat dalam
buku GBPP kurikulum pendidikan jasmani.
Kunci
pelaksanaan program apakah program telah sesuai dengan criteria kurikulum ideal
yaitu yang tercantum dalam Buku Kurikulum Pendidikan Jasmani tahun 2004.
Kriteria menurut Ebel (1972), yang digunakan untuk menentukan nilai prestasi
yang diklasifikasikan atas dasar tingkatan sebagai berikut :
A = 81-100% Sangat baik
B = 61-80% Baik
C = 41-60% Cukup
D = 21-40% Kurang
E = 0-20% Sangat kurang
B.
MENENTUKAN
ALTERNATIVE PILIHAN
Menentukan Alternatif Pilihan
Keputusan untuk membeli yang diambil
oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap
keputusan membeli mempunyai beberapa komponen:
1.
Keputusan tentang jenis produk ,
2.
Keputusan tentang bentuk produk ,
3.
Keputusan tentang merk ,
4.
Keputusan tentang penjualnya ,
5.
Keputusan tentang jumlah produk ,
6.
Keputusan tentang waktu pembelian ,dan
7.
Keputusan tentang cara pembayaran ,
Mengevaluasi alternatif (alternative
evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen
akan menentukan alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapinya. Setelah kriteria yang akan menjadi alterlatif pilihan ditentukan
barulah konsumen menentukan alternative produk yang menjadi pilihan.
C.
MENAKSIR
ALTERNATIVE PILIHAN
Jika Anda membeli
komputer notebook, Anda mungkin akan membuat perbandingan langsung seluruh
merek pada fitur-fitur seperti harga, berat, dan kejelasan tampilan. Penilaian
perbandingan ini mungkin tidak sepenuhnya akurat.
Akurasi penilaian individuv
penelitian menunjukkan individu yang biasanya tidak
memperhatikan perbedaan yang relatif kecil antara merek atau perubahan atribut
merek. Selain itu, kompleksitas banyak produk dan jasa serta fakta bahwa
beberapa aspek kinerja dapat dinilai hanya setelah digunakan luas membuat
perbandingan merek akurat sulit.
Penggunaan Indikator
pengganti v
Secara umum, indikator pengganti beroperasi lebih kuat
ketika konsumen tidak memiliki keahlian untuk membuat penilaian informasi
sendiri, ketika konsumen motivasi atau kepentingan dalam keputusan rendah, dan
ketika kualitas informasi terkait lainnya yang kurang
Pentingnya relatif dan Pengaruh Kriteria evaluative
Pentingnya kriteria evaluatif bervariasi antara
individu dan juga di dalam individu yang sama dari waktu ke waktu. Penggunaan
situasi, konteks Kompetitif-Secara umum, efek Iklan.
Kriteria evaluatif, Hukum Individu, danv Strategi
Pemasaran
Pemasar harus memahami kriteria evaluatif konsumen yang menggunakan produk
mereka dan mengembangkan produk yang unggul pada fitur ini.Semua aspek dari
komunikasi pemasaran harus mengkomunikasikan keunggulan produk. Pemasar juga
harus mengenali dan bereaksi terhadap kemampuan individu untuk menilai kriteria
evaluatif, serta kecenderungan mereka untuk menggunakan indikator pengganti
Tema periklanan yang menekankan penggunaan kesempatan
khusus untuk yang merek ini khusus sesuai dapat efektif, seperti dapat strategi
seperti citra yang menarik perhatian konsumen untuk suatu atribut di mana
perusahaan merek ini sangat kuat.
D.
MENYELEKSI
ATURAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Tingkat tinggi satu atribut tidak dapat mengimbangi
tingkat rendah yang lain. keputusan disjungtif aturan dan kata penghubung dapat
menghasilkan seperangkat alternatif yang bisa diterima, sedangkan sisanya
aturan umumnya menghasilkan satu "terbaik" alternatif.
Kata penghubung Aturan
Keputusan
Aturan keputusan kata penghubung menetapkan standar
kinerja minimum yang diperlukan untuk setiap kriteria evaluatif dan memilih
yang pertama atau semua merek yang memenuhi atau melebihi standar minimum.
Karena individu memiliki keterbatasan kemampuan untuk
memproses informasi, aturan kata penghubung yang sering digunakan untuk
mengurangi ukuran tugas pengolahan informasi untuk beberapa tingkat dikelola
Disjungtif Aturan
Keputusan
Aturan keputusan disjungtif menetapkan tingkat minimum
kinerja untuk setiap atribut yang penting (sering level yang cukup tinggi).
Ketika aturan pengambilan keputusan disjungtif digunakan oleh target pasar,
sangat penting untuk memenuhi atau melampaui konsumen persyaratan pada
setidaknya salah satu kriteria kunci.
Eliminasi oleh aspek
Aturan Keputusan
Untuk target pasar
menggunakan eliminasi oleh aspek aturan, sangat penting untuk memenuhi atau
melampaui satu atau lebih persyaratan konsumen persyaratan (dalam urutan)
dari kriteria yang digunakan dari kompetisi.
Leksikografis Aturan
Keputusan Aturan pengambilan keputusan leksikografis mirip dengan
eliminasi-oleh aspek aturan-. Perbedaannya adalah bahwa aturan leksikografis
mencari kinerja maksimum pada setiap tahap, sedangkan eliminasi oleh aspek
mencari kinerja yang memuaskan pada setiap tahap.
Kompensasi Aturan
Keputusan
Aturan
keputusan kompensasi menyatakan bahwa merek yang tingkatan tertinggi pada
jumlah konsumen penilaian dari kriteria evaluatif yang relevan akan
dipilih.memiliki tingkat kinerja pada atau di dekat kompetisi pada pentingnya
fitur lebih karena mereka menerima lebih berat dalam keputusan daripada atribut
lainnya.
Contoh Kasus Evaluasi Alternatif Produk
Dalam mengambil keputusan pembelian
atas suatu produk, konsumen terlebih dahulu harus mengevaluasi alternatif –
alternatif produk yang akan dibelinya. Namun sebagian konsumen justru bersikap
tidak peduli pada perbedaan – perbedaan antara satu produk dengan produk
lainnya, dan lebih berlandaskan pada ‘terpenuhinya kebutuhan’ tanpa
memerhatikan kepuasannya sebagai konsumen. Sebagai contoh, Elisha adalah tipe
pembeli yang sangat selektif, setiap kali membeli suatu produk tidak jarang dia
menghabiskan lebih banyak waktunya hanya untuk memilih dan membaca satu per
satu informasi produk tersebut pada kemasannya. Sekalipun Elisha sudah memiliki
pengalaman yang puas atas pemakaian suatu produk di masa lalu, namun ketika dia
menemukan adanya produk sejenis yang baru dia pun melakukan evaluasi ulang
untuk membandingkan produk baru tersebut dengan produk yang sudah pernah
digunakannya. Menurutnya, sebagai konsumen dia harus cermat, cerdas, dan teliti
dalam menggunakan produk, karena baginya kepuasan akan manfaat produk tersebut
paling utama dalam pertimbangan ketika melakukan keputusan pembelian. Harga
bukanlah prioritas utamanya, Elisha yakin bahwa harga tidak pernah menipu dan
merupakan salah satu indikator penentu baik buruknya kualitas suatu produk.
Di lain pihak, Resha adalah pembeli
yang sangat bertolak belakang dengan Elisha. Dia tidak biasa melakukan evaluasi
mendalam pada kualitas produk ketika melakukan pengambilan dalam keputusan
pembelian. Menurutnya, harga adalah faktor terpenting sebagai dasar
pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian dan semua kualitas produk
dianggap sama. Memang Resha pun meyakini bahwa tidak setiap produk memiliki
kualitas yang sama persis, namun baginya itu bukanlah masalah karena pada
intinya produk tersebut pun akan memberikan manfaat yang ‘sama’ pada akhirnya,
dan jika sudah menemukan produk yang memang memberikan manfaat yang sangat
memuaskan, maka evaluasi produk terhadap produk sejenis dianggap tidak lagi
penting. Menurut Resha, perbedaan harga itu tidak mengakibatkan perbedaan jauh
pada kualitas, hal itu hanya terkait masalah kemasan atau karena ‘brand’ dari
perusahaan besar.
Dari kedua contoh diatas, tampak
jelas keduanya memiliki pandangan yang berbeda mengenai evaluasi alternatif
produk. Hal itu dipengaruhi oleh persepsi masing – masing individu itu sendiri
atas nilai dan manfaat dari suatu produk, dan mengaibatkan terpentuknya pola
perilaku konsumen yang berbeda pula. Karena itu, evaluasi alternatif produk
dianggap sebagai salah satu faktor penentu yang dapat membentuk pola perilaku
konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar